Surya Paloh Politik tanpa MaharSurya Paloh Politik tanpa Mahar

Jakarta, SuaraRestorasi.com – Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengungkapkan bahwa saat ini partai politik tengah menghadapi situasi yang sangat sulit. Hal ini diungkapkannya dalam acara Perayaan 50 Tahun Centre of Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, yang telah berlangsung beberapa waktu yang lalu.

Saat itu, Surya Paloh sedang menanggapi pertanyaan tentang bagaimana partai politik dapat mengedepankan nilai-nilainya di tengah situasi penurunan keanggotaan, kepercayaan publik yang rendah, serta masalah internal, seperti korupsi dan permasalahan hukum. 

Menurutnya, jika suatu partai politik tidak konsisten dalam memegang teguh cita-cita utama mendirikan suatu partai politik, maka sangat sulit menjawab persoalan tersebut. “Konsisten dan optimisme adalah dasar dalam mewujudkan cita-cita mendirikan suatu partai politik, kalau ada konsisten, ada budaya malu melakukan hal yang semestinya tidak kita lakukan (korupsi), seberat apa pun permasalahan yang kita hadapi, yang penting kita ada optimisme,” kata Surya Paloh. 

Surya Paloh juga memaparkan bahwa konsistensi dan optimisme dapat terganggu karena adanya pergeseran kaderisasi di partai politik yang berakibat pada munculnya perdebatan. Salah satu perdebatan yang muncul adalah soal politik tanpa mahar.

“Inkonsistensi dalam suatu partai politik dapat tercipta karena adanya pergeseran kaderisasi di partai politik itu sendiri dan adanya perdebatan. Ada perdebatan di antara kita ketika politik tanpa mahar dianggap main-main,”tegas Surya Paloh.

“Ada partai yang berupaya secara ikhlas, jujur, tulus untuk menjalankan politik tanpa mahar itu sebagai suatu sumbangsih pendidikan politik, tetapi politik tanpa mahar malah sering dianggap kebohongan dan nihilisme,”sambungnya.

Surya Paloh menuturkan bahwa sebuah partai politik butuh kesabaran dan konsistensi yang lebih tinggi dalam menjalankan nilai-nilai tersebut. Sepanjang partai politik berorientasi pada kemenangan semata, berbagai cara akan dilakukan tanpa mengindahkan nilai-nilai sportifitas dalam mencapai tujuan tersebut. Ia pun menekankan bahwa Indonesia telah masuk kompetisi bebas. “Tidak ada tempat lagi untuk mendapatkan problem solving melalui musyawarah mufakat,” ujarnya. 

Kendati demikian, Surya Paloh pun menyoroti masih banyak pejabat yang melakukan pendekatan dengan label keagamaan. “Kini semua seolah terjebak pada pragmatisme yang bersyarat materialistik. Kita bertopeng seakan-akan kita pantas dihargai, dengan label keagamaan, religius,” pungkas Ketua Umum NasDem itu. (sr-gs)

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *