Foto: Anggota DPRD Tabanan dari Partai NasDem I Gusti Ngurah Sanjaya.
Tabanan, SuaraRestorasi.com
Anggota DPRD Kabupaten Tabanan dari Partai NasDem I Gusti Ngurah Sanjaya kembali tarung sebagai caleg Partai NasDem maju ke DPRD Kabupaten Tabanan pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2024 mendatang. Berstatus sebagai caleg petahana dan sudah dua periode sebagai wakil rakyat di DPRD Tabanan dari Partai NasDem, Ngurah Sanjaya menegaskan terus berjuang untuk mengawal aspirasi dan kepentingan rakyat serta mewujudkan perubahan di Tabanan khususnya juga mencerdaskan kehidupan berdemokrasi dan politik di Tabanan.
Lebih lanjut Ngurah Sanjaya mengatakan perjuangannya kembali tarung ke DPRD Tabanan dari berangkat dari keinginan membangun Tabanan yakni dengan visi komunikasi partisipasi. Berangkat dari visi itu diterjemahkan dalam misi dan sasarannya seperti apa, tujuannya apa.
“Visinya kan berpartisipasi dalam kegiatan suka duka, berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. Sasarannya adalah orang-orang yang sudah kita bangun komunikasi sebelumnya, agar kekurangan yang mereka miliki, dapat kita sedikit penuhi kebutuhan mereka, baik yang menyangkut pelaksanaan adat, agama, kesehatan, pendidikan. Itu yang kita lakukan selama ini,” ungkap Ngurah Sanjaya.
Selama dua periode Ngurah Sanjaya sudah melakukan kerja nyata di masyarakat dan direspon positif oleh masyarakat. “Kalau kita positif berpikir respon itu pasti ada dua. Respon yang baik dan kurang baik, respon memuaskan atau kurang memuaskan,” kata Ngurah Sanjaya yang merupakan Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Tabanan ini.
“Setiap orang melangkah ada penilaian puas tidak puas. Sekiranya yang sesuai dengan keinginanannya puas dia, yang sekiranya tidak sesuai kurang puas. Termasuk ada pemilih yang tidak kita ketahui siapa yang memilih diri kita. Kalau kita tidak tahu, wajar mereka merasa rugi memilih kita karena tidak ada perhatian secara langsung. Itu pendekatan emosionalnya,” ujar Ngurah Sanjaya.
“Tapi kalau pendekatan rasionalnya kita kan memilih pemimpin yang memiliki kualifikasi, begitu seharusnya. Tapi dalam dunia politik praktis hal itu diabaikan baik oleh orang-orang pintar maupun orang bodoh,”sambung politisi NasDem asal Banjar Bugbugan, Desa Senganan, Kecamatan Penebel ini.
Dikatakan, orang pintar juga banyak berpikir bodoh apalagi orang bodoh, tidak bisa berpikir banyak. Yang mereka lihat terutama, ada politikus yang jor-joran bawa uang dan bansos, yang notabena itu adalah bantuan dari pemerintah. Bantuan itulah yang sering dipakai alat untuk memonopoli kekuasaan dalam meraup simpati masyarakat.
“Karena kelihatannya perkembangan yang ada, baik di legislatif maupun eksekutif sepertinya sudah condong kepada kekuasaan bukan condong kepada manajemen. Kalau bicara kekuasaan kadang-kadang ada bahasa kasar segala cara dihalalkan. Nah itu fakta. Kita tidak mau begitu,” beber Ngurah Sanjaya.
Saat ditanya menuju 3 periode apa yang menjadi penguatan perjuangan di DPRD Tabanan, Ngurah Sanjaya mengatakan dirinya tetap melaksanakan komunikasi dan partisipasi sesuai kemampuan. “Kita memberikan pemahaman kepada orang yang mengerti dan tidak mengerti bahwa daulat politik itu ada di tangan kita masing-masing bukan di tangan orang lain sehingga hati-hati berjamaah memberikan suara. Masing-masing harus memberikan penguatan rasional apakah seorang wakil rakyat yang kita miliki layak disebut wakil secara kualifikasi, etika, moral dan lainnya,” tutur Ngurah Sanjaya.
Dia juga menghkawatirkan nanti yang terjadi para wakil rakyat yang terpilih tidak ubahnya seperti kumpulan atau gerombolan penjudi dan orang-orang yang aji mumpung. “Takutnya nanti kalau itu tidak terjadi maka wakil kita tidak lain tidak bukan adalah seperti gerombolan penjudi dengan memanfaatkan kekuasan. Kita sih judi tapi rasional,” tegas Ngurah Sanjaya.
“Jadi yang kita ajak komunikasi orang-orang yang punya pemahaman, yang rasionya jalan. Kalau dia tidak ngerti, kita berikan pengertian. Karena sejatinya seorang wakil rakyat bukan sebagai alat pemuas. Yang memberikan tingkat kepuasan kan bukan manusia, jadi wajar ada yang puas dan tidak puas,” tambahnya.
Lebih lanjut dikatakan yang paling hakiki yang diharapkan dari perjalanan pemerintahan eksekutif dan legislatif di Kabupaten Tabanan adalah bagaimana mampu meningkatkan ekonomi riil masyarakat.
“Itu baru benar. Contoh kalau situasi seperti sekarang lama musim kemarau, sawah pada kering, ada tidak perhatian pemerintah memberikan perlindungan kepada petani? Sehingga kalau gagal panen siapa yang melindungi? Apakah cukup diberikan hibah bansos untuk memperbaiki pura, memperbaiki balai banjar, untuk upacara,” katanya.
“Sekarang masyarakat sudah pintar, semua upacara dijadikan alasan. Ngaben massal, upacara Dewa Yadnya dan lainnya dijadikan momen sehingga nilai keihklasan bergeser pada kesempatan, itu kurang tepat,” pungkasnya. (sr)