Denpasar, SuaraRestorasi.com – Saat ini Indonesia masih dilanda pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kini masih diberlakukan di wilayah Indonesia khususnya Jawa-Bali. Pandemi Covid-19 ini memunculkan banyak dampak, tidak hanya di sektor pariwisata dan ekonomi, sektor pendidikan juga terkena imbasnya.
Sudah 1,5 tahun sejak pandemi Covid-19 muncul di Indonesia, kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan dan beralih ke pembelajaran secara daring. Hal ini memunculkan dilema di kalangan orang tua. DIlema ini menguak ketika pembelajaran secara daring dinilai tidak efektif dan menimbulkan resiko yang tidak baik untuk generasi muda bangsa.
Hal ini juga diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI yang berlangsung beberapa waktu lalu. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran secara daring memiliki resiko yang tidak baik untuk generasi muda, banyak anak yang putus sekolah, adanya penurunan capaian belajar, di berbagai daerah banyak terjadi learning loss yang dampaknya permanen serta adanya kekerasan dalam rumah tangga yang berdampak pada anak.
Menanggapi hal tersebut, dr.Dewa Gede Adi Palguna,S.Ked selaku Wakil Ketua Bidang Kesehatan DPW Partai NasDem Provinsi Bali memaparkan hal-hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk melangsungkan kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. dr. Dewa mengungkapkan jika ingin menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tatap muka maka diperlukan pertimbangan yang matang dan serius serta harus dilakukan secara bertahap.

Wakil Ketua Bidang Kesehatan DPW Partai NasDem Provinsi Bali & Ketua Badan Rescue NasDem Bali
Dari sisi medis, ia juga mengatakan bahwa salah satu indikator terpenting dalam mewujudkan pembelajaran tatap muka adalah program vaksinasi. “Dalam mengambil keputusan pembelajaran tatap muka tentu vaksinasi adalah salah satu indikator terpenting dan menjadi persyaratan utama pada kondisi yang masih dalam pemantauan PPKM Level 3. Vaksinasi ini dilakukan bukan hanya pada para guru atau pegawai sekolah lainnya, tetapi pada anak didik juga perlu dilakukan vaksininas, termasuk orang tua atau keluarga nya karena adanya Covid-19 kluster keluarga,” kata dr. Dewa.
“Vaksinasi untuk anak didik harus dipercepat bahkan bisa menjadi persyaratan utama untuk pembelajaran tatap muka disamping prokes yang ketat serta diupayakan test berkala kepada guru dan pegawai. Tracing dan treatment harus terus diupayakan untuk mempercepat penanganan bila ada yang positif Covid-19. Jika ada yang terindikasi positif Covid-19, maka harus dilakukan pemberhentian sementara pembelajaran tatap muka untuk dievaluasi lebih lanjut,” sambungnya.

Selain program vaksinasi, dr. Dewa selanjutnya menjelaskan bahwa ada hal-hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum melakukan pembelajaran tatap muka. “Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan seperti jumlah anak didik, durasi waktu kegiatan belajar, berapa hari dalam seminggu/sebulan mereka melakukan pembelajaran tatap muka serta protokol kesehatan 3 M yang dilakukan secara ketat. Pengawasan juga sebaiknya dibantu oleh petugas eksternal bukan hanya pengawas dari internal sekolah,” tegas Ketua Badan Rescue NasDem Bali ini.
Pro dan kontra oleh para orang tua kerap kali menghiasi isu pembelajaran secara tatap muka. dr. Dewa menyarankan orang tua anak didik turut ikut mengambil andil untuk bicara tentang pembelajaran tatap muka sehingga nantinya mendapatkan kesepahaman dan bersama-sama menjaga, mengawal serta mengantisipasi resiko tertularnya virus Covid-19.
dr. Dewa juga berpesan dalam mengambil keputusan pembelajaran tatap muka diperlukan regulasi yg jelas serta dilakukan secara hati-hati dan bertahap di daerah dan sekolah yang sudah siap. “Orang tua anak didik tentu masih ada yang khawatir melepas anaknya untuk belajar secara tatap muka. Oleh karena itu, orangtua perlu bersama-sama untuk berdiskusi sehingga akan timbul kesepahaman dan bukan keterpaksaan. Apalagi pemerintah telah berhasil dengan cepat menurunkan kasus Covid-19,” tukas dr. Dewa.
Dirinya juga mengungkapkan kepercayaan orang tua terhadap pemerintah merupakan hal yang penting dalam mewujudkan pembelajaran tatap muka. “Adanya penurunan status level PPKM, protokol kesehatan 3M yang diperketat, dilakukanya 3T dan percepatan target-target vaksinasi, saya kira mampu untuk menciptakan herd immunity. Adanya keterbukaan dan trust dari orang tua anak didik terhadap pemerintah akan membuat pembelajaran tatap muka tidak lagi menjadi polemik dan dapat mengurangi pro dan kontra di masyarakat,” tutupnya. (sr-gs)