Foto: Wayan Dudik Mahendra Tokoh masyarakat Denpasar yang juga bakal caleg Partai NasDem yang maju ke DPRD Kota Denpasar dari Dapil Denpasar Selatan.

Denpasar, SuaraRestorasi.com

Wayan Dudik Mahendra Tokoh masyarakat Denpasar yang juga bakal caleg Partai NasDem yang maju ke DPRD Kota Denpasar dari Dapil Denpasar Selatan berbagai pandangannya soal penanganan sampah dan juga persoalan kebakaran TPA Suwung di Kota Denpasar.

Dudik Mahendra mengatakan bahwa fenomena atau kejadian baru yang perlu dicermati saat ini di Kota Denpasar adalah masalah kebakaran sampah di TPA Suwung. Dia mengatakan lebih lanjut bahwa ini bukan kali pertama sampah di TPA Suwung terbakar, namun sudah berkali-kali.

“Empat tahun yang lalu juga cukup parah dan dampak dari kebakaran itu sudah kita ketahui bersama bahwa menimbulkan luberan sampah di Kota Denpasar, termasuk Badung juga kena imbasnya,” kata Dudik Mahendra.

Ia kemudian mendorong Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali untuk berani mengambil langkah yang cukup progresif. Jangan lagi berlindung atau menggunakan undang-undang lingkungan hidup yang melarang untuk membakar sampah sehingga tidak pernah memberikan solusi yang tuntas bagi pemusnahan sampah di Kota Denpasar khususnya.

Padahal menurut Dudik Mahendra, mungkin dalam 15 atau 20 tahun terakhir ini sudah berulang kali mencoba landfill sistem timbun urug yang seperti sekarang ini, kemudian juga mencoba mengajak pihak luar untuk melakukan pengolahan sampah, namun belum menemukan solusi konkret, termasuk program TPST dan TPS3R di setiap desa di Kota Denpasar, yang juga anggarannya tidak sedikit. 

“Diperparah lagi ketika TPA Suwung, tempat pembuangan akhir sesungguhnya karena tidak ada pengolahan di situ, itu terjadi kendala. Kendalanya kan tidak hanya kebakaran seperti sekarang, musim hujan jalan menuju lokasi, rusak karena becek, itu juga menimbulkan luberan sampah. Jalan rusak juga menimbulkan luberan sampah. Padahal kita tahu luberan sampah di Kota Denpasar dan khususnya Bali, kata Denpasar sebagai ibu kota provinsi Bali, itu akan memberikan dampak terhadap pariwisata juga, image pariwisata kita akan rusak,” bebernya.

Dudik Mahendra kemudian menyinggung era kepemimpinan Wayan Koster yang berani melakukan pembangunan infrastruktur demi kelangsungan dan keberlanjutan pariwisata di Provinsi Bali. Dia juga tidak menampik bahwa selama ini Bali memang menghamba kepada pariwisata sehingga apapun pembangunan yang dilakukan di Denpasar, tamengnya adalah pariwisata.

“Karena tidak sadar kita sudah diperbudak oleh pariwisata. Tetapi it’s oke, karena ya kita sudah berada di situ, kita tidak bisa mundur, kita harus maju tetapi bagaimana pariwisata itu bermanfaat untuk masyarakat Denpasar dan masyarakat Bali secara umum kan itu yang perlu dipikirkan oleh para pemimpin. Jangan sibuk membangun di Bali tapi lupa kalau Bali yang harus dibangunkan, kan begitulah bahasa kerennya,” tuturnya.

Dudik Mahendra kemudian menyoroti pembangunan jalan tol, underpass dan rencana pembangunan LRT yang disebut-sebut bertujuan untuk mengurai kemacetan yang memang selama ini menjadi momok dari pariwisata, disamping juga untuk mempercepat jarak tempuh. Selain itu, pemerintah Provinsi Bali membangun Pusat Kebudayaan Bali PKB di Gunaksa Klungkung dengan akomodasi pariwisata yang sangat luar biasa, yang tentunya untuk menambah daya tarik pariwisata.

Namun menurut Dudik Mahendra, semua proyek bombastis dengan biaya besar tersebut akan sia-sia ketika sampah yang menjadi masalah rutin itu tidak diselesaikan. “Tidak ada wisatawan yang nginap di Nusa Dua tidak melihat tumpukan sampah di TPA Suwung. Tidak mungkin mata dunia internasional itu bisa kita tutup ketika ibu kota provinsi Bali tidak berhenti, selalu memiliki masalah sampah yang meluber hingga ke jalan-jalan,” katanya.(sr)

Bagikan Artikel

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *